Persentuhannya dengan musik terjadi saat Faris mulai belajar piano klasik di usia 5 tahun. Guru pertamanya adalah ibunya sendiri. Baru pada usia 8 tahun, ibunya menyerahkan Fariz untuk belajar pada guru piano terkenal, Alm. Soenarto Soenaryo. Belajar piano klasik dijalaninya sampai ia berumur 17 tahun. Adapun musik klasik, ia pelajari sendiri.
Tahun 1977, Fariz dan teman-temannya -- Raidy Noor, Ikang Fauzi, Erwin Gutawa -- di SMA 3 Jakarta mengikuti Lomba Cipta Lagu Remaja Prambors I. Nama yang dipakai bukan perorangan. Melainkan atas nama vokal grup sekolah. Tak disangka, dua lagunya terpilih oleh dewan juri sebagai pemenang. ''Kami makin yakin bahwa kita mempunyai sesuatu di musik,'' ujar Fariz.
Sejak itulah ia mulai dikenal kalangan musisi. Ajakan bergabung atau mendirikan grup baru mulai berdatangan. Badai Band, Wow, dan Shympony adalah tiga dari banyak grup yang pernah dimasukinya.
Adalah lagu Sakura -- Soundtrack film Sakura Dalam Pelukan -- yang melambungkan nama pengagum Mozart, Ismail Marzuki, Led Zeppelin, Gino Vanelli, Beatles dan Rolling Stones ini. ''Perjuangannya tidak mudah,'' kata penghasil 15 album solo dan lebih dari 84 album kolaborasi itu.
Tidak salah bila pada tahun 2008 majalah Rolling Stones Indonesia memprakarsai sebuah konser tunggal sebagai penghargaan atas kiprahnya di blantika musik tanah air.
This entry was posted
on Selasa, 22 Februari 2011
at Selasa, Februari 22, 2011
and is filed under
Fariz RM
. You can follow any responses to this entry through the
comments feed
.